PART 1
PERTEMUAN PERTAMA
@Yogyakarta,
Indonesia
Matahari pagi ini mulai merangkak
naik untuk menyinari bumi, menerobos masuk melalui celah-celah jendela, mencoba
membangunkan siapapun yang masih terlelap dalam alam mimpinya untuk segera
mengawali aktivitas pagi.
Ify menggeliat pelan dalam tidurnya
yang lelap, merasakan sinar matahari yang mulai mengenai indera penglihatannya.
Memaksanya untuk segera terbangun dari mimpinya. Perlahan dia membuka matanya
membiasakan penglihatannya dengan cahaya dikamarnya saat ini. Saat matanya
sudah terbuka sempurnya dia terdiam kembali tanpa mengubah posisinya yang saat
ini masih meringkuk dibawah selimut tebalnya. Pandangan matanya sayu, menatap
kearah jendela yang masih tertutp kain gorden.
“Sleeping Beauty
aren’t you wake up now?” teriak sebuah suara yang langsung menerobos masuk
kedalam kamar Ify. Melihat Ify yang masih meringkuk menghadap kearah jendela
membuat orang itu menghela napasnya berat, dia sudah sangat hafal dengan
kebiasaan Ify yang tidak segera bangun, dan sekarangpun dia sangat yakin bahwa
Ify sudah membuka matanya. Perlahan orang itu melangkah mendekati Ify dan
berjongkok tepat didepan wajah Ify yang masih menatap kosong kearah jendela, lebih
tepatnya melamun. Pelan dia belai rambut Ify, menyingkirkan anak rambut yang
menutupi wajah Ify lalu tersenyum hangat.
“Mimpi buruk
lagi hm?” tanya orang itu sangat pelan dan lembut.
“Apakah dia
disana bahagia Bang?” tanya Ify lirih masih dengan tatapan kosong membuat hati
orang itu, Gabriel Kakak laki-laki Ify tersenyum miris. Dia sangat sedih
melihat keadaan adiknya yang selalu seperti ini setiap bangun tidur.
“Kamu
merindukannya? Kamu ingin menemuinya? Kita bisa kesana siang nanti kalau kamu
mau.” Ucap Gabriel pelan membuat Ify mengalihkan pandangannya menatap Gabriel
dengan sendu lalu mengangguk pelan sambil tersenyum lirih. Gabriel tersenyum
hangat sambil terus membelai rambut Ify.
“Bang Iel Ify mau rasa coklat Bang” teriak Ify kecil
senang pada Abangnya.
“Okk. Rasa coklat spesial untuk Little Princess
Ify.” kata Iel sambil tersenyum hangat dan menyerahkan ice cream
coklat kesukaan Ify.
“Yeyyyy” teriak Ify kegirangan lalu segera
membukanya dan memakannya sambil duduk tenang diatas salah satu bangku taman.
Setelah Iel
menjemput kedua adiknya sekolah tadi mereka merengek untuk mampir ke taman
bermain, karena terlalu sayang dengan adik-adiknya membuatnya tak bisa menolak
permintaan mereka. Adik-adiknya yang begitu manis untuk ukuran umur mereka yang
masih 7 tahun. Iel yang saat itu berusia 11 tahun memang harus pandai menjaga
kedua adiknya karena kedua orangtua mereka selalu sibuk dengan pekerjaan
mereka.
“Aaaaaa... Bang Iel” teriak seorang gadis yang
seumuran dengan Ify sambil berlari kearah Iel dan Ify.
“Kenapa lari-lari? Abang kan udah bilang jangan
lari-lari, nanti kalau jatuh ajha nangis.” Marah Iel sambil meledek adiknya
yang terlalu bersemangat ini. Berbeda dengan Ify yang sedikit lebih pendiam dan penurut. Dia bilang sedikit
karena saat mereka sudah bertemu, itu akan sangat membuatnya harus menyiapkan
banyak tenaga.
“Mana ice cream Ara!” todong gadis kecil itu
sambil menengadahkan kedua tangannya membuat Iel gemas karena ucapannya tadi
sama sekali tak dihiraukan oleh adiknya yang satu ini. Lalu mengeluarkan ice cream rasa strawberry kesukaan Zahra adiknya, yang juga merupakan
saudara kembar Ify. Meskipun kembar tapi mereka sangatlah berbeda. Tidak akan
ada yang menyangka bahwa mereka berdua kembar karena memang tak ada sedikitpun
kesamaan diantara mereka, kecuali hobi mereka yang selalu senang menjahili
Kakak mereka Gabriel. Wajah Zahra langsung berbinar saat melihat ice cream
strawberry kesukaannya lalu segera ingin mengambil ice cream itu dari tangan Iel
namun dengan cepat Iel mengangkat ice crem itu tinggi-tinggi.
“Bang Iel ice cream Ara!” teriak Zahra kesal
dengan Kakaknya yang kini menjahilinya membuatnya cemberut dan mau tak mau Iel
langsung tersenyum gemas dengan adiknya ini. Sambil mengerling nakal Iel
menunjuk pipi kanannya dengan jari telunjuknya sebagai kode supaya Zahra
menciumnya. Dengan keras Zahra menggeleng.
“Okk kalau nggak mau” kata Iel mengancam sambil
membuka perlahan bungkus ice cream itu membuat Zahra melotot lalu segera
mencium pipi kanan Iel lalu merebut ice cream dari tangan Iel yang masih kaget
dengan serangan mendadak dari adiknya ini. Zahra langsung menatap Ify memberi
kode yang langsung diangguki oleh Ify. Ify turun dari kursi tempatnya duduk.
Zahra dan Ify lalu tersenyum evil dan memposisikan diri mereka disamping kanan
dan kiri Iel. Zahra memberikan aba-aba pada Ify dengan gerakan bibir tanpa
suara. Dan secara bersamaan mereka mengoleskan ice cream kekedua pipi Iel dan
segera berlari sebelum Kakak mereka tersadar. Iel yang merasa dingin dikedua
pipinya langsung tersadar dan menatap kedua adiknya yang kini sedang berlari
menjauh darinya. Dia sadar bahwa kini dialah yang dikerjai oleh kedua adiknya.
Dia tersenyum senang lalu mulai mengejar kedua adiknya yang kini masih berlari
menjauh darinya.
“Yakkk..., tunggu kalian!! Akan Abang kurung kalian
dalam pelukan Abang kalau kalian sampai tertangkap!” terian Iel sambil terus
mengejar kedua adiknya.
Sore
itu mereka lewati dengan penuh canda dan tawa yang selalu mengiringi hari-hari
kebersamaan mereka.
Tanpa terasa Iel menitikkan air
matanya mengenang kenangan indah bersama kedua adiknya yang sangat dia sayangi.
Namun dengan segera dia menghapus air matanya jangan sampai Ify melihatnya. Dia
tak boleh lemah, dia harus kuat untuk selalu menguatkan Ify, Adiknya yang harus
selalu dia lindungi.
_____
@London, UK
“Kamu yakin mau
balik ke Indonesia Yo?” tanya seorang wanita payuh bara kepada sang Anak. Saat
ini mereka sedang berada ditaman belakang rumah sambil ngobrol dan minum teh
menikmata udara sore. Sang Anak yang sedang terfokus pada Ipadnya lantas
mengalihkan pandangannya menatap sang Mama.
“Rio udah 26
tahun Mom. Udah saatnya Rio kembali dan mengambil alih Perusahaan kita di
Indonesia, seperti wasiat Kakek dulu.” Kata Rio lembut sambil menatap dalam sang
Mama. Dia sangat tahu seperti apa perasaan sang Mama, sebenarnya juga berat
meninggalkan Keluarganya disini, tapi dia tak punya pilihan lain selain
mengambil jalan yang sudah dipilihkan Kakek dan Ayahnya sejak dia masih kecil.
“Kamukan baru
sebentar Yo tinggal disini.” Kata Mama Manda pada Putra sulungnya itu.
“Mom, Mommy
taukan gimana sayangnya Rio sama Mommy? Rio bakal sering kesini, kalo Mommy
kangen sama Rio kan Mommy bisa ke Indonesia nemuin Rio. Lagiankan disini masih
ada Cakka sama Ray yang nemenin Mommy. Mommy nggak akan kesepian.” Ucap Rio
sambil menggenggam lembut tangan Mamanya yang ada diatas meja yang memisahkan
mereka.
“Tapikan dari
kecil Mommy nggak bisa liat perkembangan dan dampingin kamu Sayang.” Ucap Mama
Manda lirih dengan mata berkaca-kaca.
“Rio nggak
pernah kekurangan kasih sayang Mom, selama ini Opa sama Oma membesarkan Rio
dengan penuh kasih sayang. Mommy jangan merasa bersalah seperti itu, memang
seperti inilah hidup yang harus Rio jalani. Rio baik-baik aja kok Mom.” Kata
Rio membuat air mata sang Mama tak bisa tertahankan lagi. Rio mengusap lembut
air mata sang Mama.
“Tapi sekarang
mereka udah nggak ada Sayang. Mommy nggak mau kamu kesepian. Kamu menikah ya Sayang biar ada yang nemenin kamu dan kamu nggak kesepian lagi!” pinta Mama
Manda yang membuat Rio melotot dengan kesal langsung melepaskan tangannya dari
sang Mama. Dia sangat tak percaya kalau ternyata Mamanya sedang mengerjainya.
Akhirnya pembicaraan yang tadi serius berakhir pada pembicaran perjodohan yang
tempo hari selalu menghantuinya.
“Mommy, Rio kan udah bilang Rio yang akan pilih calon Istri Rio! Rio nggak mau dijodohin!” kata Rio
keras mengerti kemana arah pembicaraan sang Mama ini.
“Nunggu kamu
dapet calon Istri sendiri yang ada Mommy keburu tua Rio. Mommy kan udah pengen
nimang Cucu Yo!” jawab Mama Manda tak kalah keras membuat Rio makin kesal.
“Luna itu gadis yang
baik Yo! Dia juga Anak sahabat Mommy. Papi kamu juga udah sangat setuju banget
kalo kamu sama Luna!” lanjut Mama Manda berusaha meyakinkan Rio.
“Mau Luna atau
siapapun itu Rio nggak peduli Mom. Pokoknya Rio nggak mau dijodohin!” gemas Rio
membuat Mama Manda melotot.
“Jodohin sama
aku aja Mom!” kata seorang pemuda bergaya rambut harajuku tiba-tiba datang
mengagetkan Rio dan Mama Manda yang sedang berdebat sengit.
“Kalo Kak Luna
mau sama aku, aku juga nggak akan nolak kok. Kak Lunakan cantik.” Lanjut pemuda
itu membuat Mama Manda menjitak kepala sang Anak.
“Nah tu! Jodohin
ajha sama Cakka kalo Mommy ngebet jadiin cewek itu Menantu!” kata Rio sambil
menunjuk sang Adik Cakka. Sedangkan Cakka hanya mengangguk-anggukkan kepalanya
menyetujui ucapan sang Kakak.
“Kamu ini
bercanda Yo! Cakka itu masih 22 tahun dan dia masih kuliah S2, dan Luna, dia
itu udah 25 tahun Yo. Mana mungkin Mommy jodohin Cakka sama cewek yang lebih
tua dari dia! No! Pokoknya kamu yang akan Mommy jodohin sama Luna!” kata Mama
Manda yang tak bisa dilawan lagi.
“Sekali Rio
bilang nggak mau ya nggak mau!” teriak Rio sambil menatap Mamanya gemas lalu
segera berdiri dan berlalu meninggalkan sang Mama yang kini sedang kesal
menatapnya dan sang Adik yang sedang memandangnya dengan tatapan menggoda
membuatnya ingin menghancurkan wajah tampan Adiknya itu.
“Pokoknya Mommy
akan buatkan janji sama Luna setelah kamu sampai Indonesia!” teriak Mama Manda
yang cukup didengar oleh Rio. Namun tak ada jawaban dari Rio yang lebih memilih
untuk tetap terus berjalan menjauh dari sana.
_____
@Yogyakarta,
Indonesia
“Nanti Abang
jemput ya Dek!” kata Iel sebelum Ify membuka pintu mobilnya. Sedangkan Ify
hanya mengangguk pelan.
“Selamat pagi
Kak Iel!” sapa 2 orang gadis yang tiba-tiba sudah berdiri disamping jendela
mobil Iel. Iel mengalihkan pandangannya pada kedua gadis itu lalu tersenyum
hangat.
“Selamat pagi
Via dan Shilla!” jawab Iel masih dengan senyum hangatntya. Ify yang sudah ada
diluar dan kini berdiri disamping Via mengernyit heran melihat Kakaknya, tapi tak
mau memikirkannya dia segera melangkah masuk kedalam Restoran yang masih sepi
karena memang baru akan buka jam 9 nanti. Iel yang menyadari Adiknya sudah
masuk kedalam tanpa mengucapkan selamat jalan padanya hanya tersenyum lirih
tapi tipis sehingga dua gadis yang masih memperhatikannya tak melihatnya. Lalu
kembali mengalihkan pandangannya pada dua gadis yang masih tersenyum
menatapnya.
“Kalo gitu Kakak
duluan ya! Ada pekerjaan menunggu dikantor.” Pamit Iel pada dua gadis cantik
itu. Gabriel Alifyko Umari, seorang Pengacara Muda yang hebat. Banyak kasus
yang sudah dia selesaikan dengan sukses. Mulai dari kasus yang ringan seperti
perceraian sampai kasus besar seperti pembunuhan dan korupsi. Selain itu juga
dia bekerja sebagai Tim Kuasa Hukum untuk Umari Corp, Perusahaan Keluarganya
yang kini dipegang oleh Ayahnya yang berpusat di Inggris, lalu Haling Corp cabang
Indonesia, Perusahaan milik Rio sahabatnya, dan juga Sindunata Hospital, Rumah
Sakit milik Alvin sahabatnya.
“Hati-hati Kak!”
ucap Via dan Shilla bersamaan membuat Iel terkekeh pelan. Menyadari mereka
mengucapkan kata yang sama membuat Via dan Shilla saling pandang lalu terkekeh
menertawakan kekonyolan mereka.
“Kalo gitu titip
Ify ya! Tolong bantu dia kalo dia butuh bantuan!” kata Iel.
“Siap Kak!” jawab
Via cepat sambil posisi hormat.
“Iya Kak. Kita
pasti jagain Ify! Kakak tenang ajha!” kata Shilla tak kalah bersemangat membuat
Iel mau tak mau tersenyum, dia sangat bersyukur karena Adiknya memiliki
sahabat-sahabat yang baik dan setia.
_____
“Fy” panggil
Shilla sambil menghampiri Ify yang sedang mengecek persediaan dapur.
“Hm” jawab Ify
tanpa mengalihkan fokusnya pada paper list yang dipegangnya dan bahan makanan
yang ada dikulkas.
“Siang ini gue
ada pemotretan buat majalah fashion Fy” kata Shilla pelan menatap Ify dengan
was-was menantikan jawaban yang akan diberikan oleh gadis cantik itu. Ify sama sekali tak bergeming.
“Terserah lo!”
kata Ify singkat sambil masih terus fokus pada pekerjaannya.
“Via juga ada
meeting sama model-modelnya buat acara Fashion Shownya bulan depan.” Kata Shilla
masih memandang Ify dengan tatapan yang menyiratkan kekhawatiran. Shilla dan
Via memang memiliki kesibukan lain selain mengurusi Restoran. Sebenarnya Restoran
ini adalah milik Ify, sedangkan Via dan Shilla ikut membantu karena memang
pekerjaan mereka tidak terikat waktu, sekaligus untuk menjaga Ify, sahabat yang
sangat mereka sayangi. Ify memang memiliki minat yang besar terhadap kuliner,
dan dia juga hobi memasak, meskipun di Restoran dia memiliki Chef Adrian yang
bertugas menghandle dapur dan memasak namun tak jarang Ify ikut turun ke dapur
atau sekedar memberikan ide menu special yang selalu berubah setiap hari.
Sebenarnya Ify ingin bermain piano dan bernyanyi, namun dia tak punya cukup
keberanian untuk melakukan dua pekerjaan itu. Itu sebabnya Ify memilih untuk
membuka Restoran ini.
“Kalo gitu pergi
ajha!” kata Ify tanpa mengalihkan pandangannya pada Shilla. Shilla menatap ragu
Ify.
“Lo nggak papa
kita tinggal sendiri?” tanya Shilla yang masih tak yakin dengan jawaban Ify.
“Kan adha Kak
Adrian, ada Karyawan yang lain juga.” Jawab Ify masih tanpa menatap Shilla dan
fokus pada pekerjaannya.
“Tapi Fy....”
ucap Shilla yang langsung dipotong oleh Ify yang kini menatapnya dengan tatapan
sayunya.
“Please Shil!
Gue bisa! Percaya sama gue! Okk!!” kata Ify pelan namun tegas. Shilla masih
mengamati Ify berusaha meyakinkan dirinya. Bukan apa-apa, hanya saja dia memang
tak ingin meninggalkan sahabat ini sendirian. Dia takut sahabatnya ini akan
melakukan hal-hal yang tak terduga kalau ditinggal sendirian, apalagi kata
orang-orang yang bekerja dengan makanan dapur itu udah kayak medan perang.
Benda-benda tajam yang kapanpun bisa melukai kalian tersebar disetiap sudut.
Shilla menggelengkan kuat kepalanya berusaha mengusir pikiran-pikiran aneh
tentang Ify. Ify mengernyit heran melihat Shilla yang tiba-tiba
menggeleng-gelengkan kepalanya sambil memejamkan mata. Dia yakin pasti
sahabatnya sedang berpikir yang bukan-bukan.
“Udah lo pergi
ajha! Nggak usah khawatir! Gue nggak sebodoh itu buat bunuh diri!” kata ify
membuyarkan kegiatan Shilla. Shilla langsung membuka matanya kaget dan
memandang Ify dengan tatapan tak percaya bahwa Ify bisa tahu apa yang sedang
dipikirkannya. Apa Ify memiliki indera keenam? Seperti itulah isi kepala Shilla
kini.
“Kok lo tau yang
gue pikirin sih Fy?” tanya Shilla heran.
“Ekspresi muka
lo gampang ditebak!” kata Ify yang kini kembali hanyut dalam pekerjaannya.
Shilla mendengus kesal karena kembali diacuhkan oleh Ify.
_____
“Lo yakin nggak
papa kan Fy gue tinggal?” tanya Via memastikan Ify akan baik-baik saja. Shilla
sudah pergi sejam 2 jam yang lalu karena memang jadwal pemotretan Shilla pagi.
Ify yang sedang duduk manis dibelakang meja kasir sambil membaca beberapa
laporang Restorannya pun mendongak menatap Via lalu mengangguk sambil
tersenyum, berusaha meyakinkan Via. Namun Via masih ragu menatap Ify lalu
menghela napasnya.
“Chef Adrian!”
panggil Via pada Chef yang mengenakan baju hitam. Chef kepala Sunshine
Ristorante. Adrian yang tadi sedang memberi sedikit pengarahan kepada anak
buahnya lantas segera menghampiri Via yang memanggilnya.
“Ya?” tanya
Adrian menanyakan tujuan Via memanggilnya.
“Tolong awasin
Ify ya! Nanti setelah meeting gue langsung balik kesini.” Kata Via memberi
perintah kepada Adrian. Adrian mengalihkan pandangannya kearah Ify untuk
meminta persetujuan yang dibalas senyum oleh Ify yang berarti turutin saja!
“Siap Nona
Siviana!” hormat Adrian membuat Via terkekeh lucu, sedangkan Ify hanya
tersenyum tipis melihat tingkah Chef kepercayaannya yang biasanya selalu
terlihat serius saat didapur namun sangat konyol dan hangat saat diluar
pekerjaan.
“Kalo gitu gue
berangkat sekarang. Bye Ify, Chef Adrian!” kata Via pamit pada Ify.
“Hati-hati
Nona!” pesan Adrian yang dibalas anggukan dan senyuman oleh Via yang segera
berbalik dan pergi setelah itu. Adrian mengalihkan pandangan kepada Ify. Merasa
diperhatikan Ify mengalihkan pandangannya menatap Adrian lalu mengedikkan kedua
bahunya yang dibalas senyuman oleh Adrian. Setelah itu Adrian sedikit
membungkuk untuk pamit, setelah mendapat anggukan dari Ify lantas bergegas
kembali ke dapur. Sedangkan Ify hanya menatap punggung Adrian lalu kembali
fokus pada laporan-laporannya.
_____
“Welcome to
Indonesia” ucap seorang pria tinggi hitam manis sambil melepaskan kaca mata
hitam yang sedari tadi dia kenakan. Mengedarkan pandangannya, tak percaya dia
akan kembali ke tanah kelahirannya ini setelah 8 tahun menyelesaikan
pendidikannya di UK.
“Tuan Muda
Andrio” sapa seorang pria paruh baya berjas hitam sambil menghampiri pria tadi,
sedikit membungkukkan badannya memberi hormat kepada Tuan Mudanya itu.
Sedangkan Rio tersenyum hangat pada pria paruh baya itu, mengingat seperti apa
repotnya pria paruh baya itu sewaktu menghadapinya saat masih kecil dulu.
“Pak Rafiq apa
kabar?” sapa Rio hangat masih dengan senyumnya. Pria paruh baya yang dipanggil
Pak Rafiq tadi menatap Tuan Mudanya yang kini sudah tumbuh menjadi seorang pria
dewasa yang sangat tampan, dia sangat yakin bahwa pasti banyak gadis yang
tergila-gila dengan Tuan Mudanya ini, sama seperti saat Tuan Mudanya masih
susuk dibangku Sekolah Menengah dulu.
“Saya baik Tuan
Muda. Tuan Muda apa kabar?” tanya Pak Rafiq yang mulai berkaca-kaca teringat
dengan Tuan Besarnya yang kini telah tenang disisi-Nya yaitu Kakek Rio. Rio sangat
mengerti seperti apa setianya tangan kanan Kakeknya ini. Sudah sejak Kakeknya
masih muda Pak Rafiq sudah mengabdikan hidupnya untuk keluarga Haling. Meski
usianya sudah menginjak umur 65 tahun, namun beliau belum mau pensiun dan ingin
tetap mengabdikan dirinya kepada Pewaris Keluarga Haling selanjutnya, yaitu
Rio. Dan Rio sangat senang bahwa Pak Rafiq akan menjadi tangan kanannya, karena
sejak duli dia sangat menyayangi Pak Rafiq seperti dia menyayangi Kakeknya.
“Saya baik Pak.
Kita pulang sekarang?” tanya Rio dengan riang yang membuat Pak Rafiq tersenyum.
“Iya Tuan Muda.”
Jawab Pak Rafiq membuat Rio mendengus.
“Panggil Rio
Pak!” ucap Rio tegas namun lembut.
“Iya Nak Rio.”
Jawab Pak Rafiq yang membuat Rio makin melebarkan senyumannya.
“Kalo gitu Let’s
Go Home!” teriak Rio dengan semangat membuat para pengunjung Bandara
International Adisucipto ini mengalihkan pandangan mereka menatap Rio. Namun
Rio sama sekali tak ambil pusing dengan itu. Dengan santai dia terus berjalan
menuju tempat mobil jemputannya diparkirkan.. Pak Rafiq yang berjalan
dibelakangnya hanya tersenyum melihat tingkah Tuan Mudanya yang tak pernah
berubah sejak dulu, selalu ceria.
_____
“Nak Rio untuk
hari ini belum ada jadwal yang harus dihadiri.” Ucap Pak Rafiq memulai
pembicaraan, saat ini mereka sedang berada didalam mobil, Rio yang tadi sedang
menikmati pemandangan diluar jendela lantas mengalihkan pandangannya menatap
Pak Rafiq yang duduk dikursi samping pengemudi dengan tatapan tak percaya.
“Rio baru sampe
Pak! Masak udah dibikinin jadwal kerja ajha sih. Kita mulai besok deh ya Pak?”
ucap Rio dengan tatapan memohonnya membuat Pak Rafiq tersenyum lalu mengangguk.
Rio langsung tersenyum saat permintaannya dituruti.
“Okkk.... Rio
mau makan sekarang! Rio laper.” Kata Rio dengan semangat 45, sama sekali tak
menunjukkan bahwa kini dia tengah kelaparan.
“Didekat sini
ada Restoran Italia yang baru buka sekitar 3 bulan yang lalu, tapi makanan
disana tak perlu diragukan lagi, pelanggannya tidak pernah putus. Apa Nak Rio
mau mencobanya?” tanya Pak Rafiq yang masih sangat ingat bahwa Rio sangat suka
dengan segala macam olahan Pasta. Dan tebakannya tak meleset. Terlihat dari Rio
yang kini mengangguk dengan sangat antusias menyetujui tawarannya. Membuat Pak
Rafiq kembali tersenyum.
_____
Sesampainya didepan sebuah Restoran
yang disebutkan oleh Pak Rafiq tadi Rio yang telah keluar dari mobilnya lantas
tersenyum sambil menatap bangunan dengan plakat nama ‘Sunshine Ristorante’ yang
sangat berbau khas Italia, membuatnya ingin kembali mengunjungi Negara yang
tahun lalu menjadi tempat kunjungannya saat liburan. Lalu Rio mengedarkan
pandangannya disekeliling Restoran itu, saat menatap zebra cross tadi
disampingnya pandangannya terfokus pada seorang gadis yang sedang berjalan
sedikit tergesa-gesa dan tak memperhatikan jalan, lalu Rio mengalihkan
pandangannya ke arah kanan dan terlihat sebuah mobil yang melaju dengan
kecepatan tinggi, sedangkan gadis itu tak memperhatikan kanan kiri dan tetap
berjalan. Rio melotot namun dengan cepat dia berlari kearah gadis itu dan
segera menariknya sehingga dia yang tidak terlalu siap lantas jatuh terbaring
dengan gadis itu yang juga terjatuh diatas tubuhnya. Rio merasakan sakit pada
punggungnya, sedikit meringis saat rasa sakit itu terasa namun dia berusaha
untuk menahannya. Sakitnya perlahan hilang saat dia mengamati wajah gadis yang
masih diatas tubuhnya dengan mata terpejam.
Cantik.
Begitulah isi kepala Rio saat ini. Perlahan gadis itu mulai membuka
matanya, dan saat matanya telah terbuka sempurna saat itulah pandangan mereka
langsung terpaku, mereka saling tenggelam dalam tatapan itu tanpa bergeming
masih dengan posisi gadis itu yang masih diatas tubuh Rio. Sekian detik mereka
tak menghentikan kontak mata itu sampai sebuah seruan membuat mereka
menghentikan kontak mata itu.
“Astaga Ify”
teriak seorang gadis dengan rambut yang dikuncir kuda setelah sampai didekat
Rio dan Ify terjatuh. Seketika itu Ify tersadar dengan posisinya saat ini.
Cepat-cepat dia segera berdiri dan membenahi baju dan juga rambutnya yang
berantakan.
“Ya ampun maaf.
Maafkan saya Tuan.” Kata Ify sambil membungkukkan sedikit badannya meminta maaf
telah membuat Rio terjatuh.
“Anda baik-baik
saja Nak?” tanya Pak Rafiq sambil membantu Rio berdiri. Rio tersenyum lalu
menganggukkan kepalanya pertanda bahwa dia baik-baik saja, lalu mengalihkan
pandangannya pada gadis dihadapannya.
“Kamu nggak
papakan?” tanyanya lembut sambil mengamati Ify dengan sorot mata yang
menyiratkan kekhawatiran. Ify tersentak saat menyadari tatapan itu, namun
dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.
“Terima kasih
sudah menyelamatkan saya Tuan.” Kata Ify kembali. Rio menganggukkan kepalanya.
“Syukurlah kalo
kamu baik-baik saja. Iya sama-sama.” Ucap Rio sambil tersenyum manis.
“Lo beneran
nggak papa Fy? Nggak ada yang luka? Kalo Kakak lo sampai tau dia pasti marah
besar.” Kata gadis yang tadi bersama Ify yang sedang membawa beberapa kantong
belanjaan. Ify mengalihkan pandangannya pada gadis manis yang ada siampingnya
kini. Satu-satunya asisten Chef perempuan di Restorannya.
“Kalo gitu
jangan sampai dia tau Agni!” ucap Ify tegas dan tajam. Membuat gadis yang
bernama Agni tadi sedikit menundukkan kepalanya. Sedikit takut jika nada bicara
Ify mulai tajam dan tegas seperti itu. Ify memang terkenal dingin namun dia
selalu berbicara lembut pada siapapun. Rio yang melihat sikap gadis itu
mendadak berubah lantas mengerutkan dahinya.
“Kalo Anda tidak
keberatan silahkan mampir ke Restoran kami Tuan!” ucap Ify yang kini kembali
menatap Rio, Rio ikut menatap Ify sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Sunshine
Ristorante” kata Ify sambil menunjuk bangunan dibelakang Rio. Rio mengikuti
arah yang ditunjukkan Ify lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Ify.
“Kalian bekerja
disana?” tanya Rio.
“Sebenarnya dia ini....” kata Agni yang langsung dipotong oleh Ify.
“Iya kami
bekerja disana. Silahkan mampir jika Anda tidak keberatan, saya ingin berterima
kasih kepada Anda karena telah menyelamatkan saya.” Kata Ify kembali mengulang
tawarannya. Terlihat Rio menganggukkan kepalanya.
“Okk. Kebetulan
tadi aku juga mau kesitu.” Kata Rio sambil tersenyum, dan anehnya senyum itu
bagai magnet yang menarik Ify untuk ikut tersenyum tanpa disadarinya. Agni yang
melihat senyum tulus Bosnya untuk pertama kalinya langsung tertegun.
Ify tersenyum? Kata Agni dalam hati tak
yakin dengan apa yang dilihatnya.
_____
Rio terus mengamati setiap
gerak-gerik Ify yang sedang membuatkan pesanannya. Entah mengapa dia sangat
menyukai setiap gerakan yang diciptakan gadis itu, membuatnya enggan untuk
berpaling. Senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya sejak tadi. Pak Rafiq yang
duduk didepan Rio mengerutkan keningnya heran dengan tingkah Rio yang kini
tengah senyum-senyum sendiri, lalu mengikuti pandangan pria itu yang ternyata
terfokus pada satu titik, yaitu seorang gadis yang kini sedang mengayun-ayunkan
spatulanya diatas penggorengan, Ify.
“Nak Rio suka
dengan gadis itu?” tanya Pak Rafiq yang membuat Rio tersadar dari
keterpesonaannya dan mengalihkan pandangannya pada Pak Rafiq dengan alis
terangkat satu.
“Maksud Bapak?”
tanya Rio yang memang tak mengerti dengan maksud Pak Rafiq bertanya seperti
itu.
“Gadis itu” kata
Pak Rafiq sambil mengalihkan pandangannya menatap Ify yang masih sibuk memasak.
Rio mengikuti arah pandangan Pak Rafiq lalu sedetik kemudian dia tersenyum.
“Bukankah dia
gadis yang sangat menarik Pak?” bukannya menjawab pertanyaan Pak Rafiq, Rio
malah balik bertanya. Pak Rafiq memandang Rio dengan tatapan yang sulit
diartikan.
“Nak Rio mau
saya suruh orang untuk mencari informasi tentang gadis itu?” Rio mengerutkan
keningnya mendengar pertanyaan Pak Rafiq.
“Buat apa Pak?”
tanya Rio yang kelewat polos membuat Pak Rafiq meringis, bingung juga isi
pikiran Rio, anak muda jaman sekarang tapi tidak mengerti bagaimana mendekati
perempuan.
Sebenarnya memang tidak tahu
maksudnya atau pura-pura tidak tau si Rio ini. Pikir Pak Rafiq dalam hati
sambil geleng-geleng kepala.
“Nggak perlu
Pak! Kalo dia memang takdir saya nggak perlu saya kejar dia akan datang kesaya.”
Kata Rio sambil menatap Ify dan tersenyum misterius.
Ify yang saat itu sedang tenggelam
dalam kegiatan memasaknya karena merasakan ada yang memperhatikannya lantas
mendongak dan saat matanya bertemu dengan mata Rio yang kini sedang menatapnya
juga Ify terdiam, seakan tenggelam dalam kenyamanan mata elang Rio. Ify
tersentak menyadari keterpesonaan pria itu langsung mengalihkan pandangannya
kembali fokus pada pekerjaannya. Berusaha menyingkirkan bayangan-bayangan pria
itu yang entah sejak kapan mulai menghantui pikirannya.
Rio tersenyum menyadari gadis itu
memutuskan kontak mata mereka dan kembali fokus pada pekerjaannya. Dia tahu
bahwa saat ini gadis itu sedang salah tingkah.
*****